Senin, 25 Januari 2010

ANAK SUKA MEMUKUL DAN MENGGIGIT?

Perilaku agresif memang sangat sering muncul pada anak batita (toddler) dan merupakan bagian yang muncul sejalan dengan perkembangan anak. Namun perilaku itu akan menjadi sumber ketidaknyamanan bila terus dibiarkan dan karena anak akan dianggap menjadi pengganggu dalam lingkungannya.


PENYEBAB PERILAKU MEMUKUL DAN MENGGIGIT

Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengatsi perilaku agresif ini adalah mengetahui penebab dari perilaku tersebut. Untuk itu orang tua perlu mencoba melihat dari ‘kacamata’ anak. Bayangkan diri anda sebagai makhluk kecil berusia di bawah 3 tahun, dunia di sekeliling anda terasa sangat luas, anda ingin dapat melakukan sesuatu sendiri, dengan kemampuan bicara yang masih terbatas, anda berharap orang lain dapat membaca isi pikiran anda. Lalu seorang anak lain mengambil mainan anda. Itulah kira-kira yang terjadi pada anak di masa batita.

Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi penyebab perilaku agresif anak:

• Kemampuan bicaranya masih terbatas. Mengungkapkan perasaan lewat kata-kata adalah tugas yang berat bagi batita. Oleh karena anak belum mampu membuat orang lain memahami keinginannya lewat kata-kata maka ia berkomunikasi dengan memukul dan mengigit. Hal itu juga sebagai cara untuk menunjukkan jati diri dan mengatasi rasa frustrasi.

• Anak melakukannya untuk membela diri. Kadangkala anak memukul untuk mendapatkan keadilan. Mungkin pada saat itu temannya tiba-tiba mengambil mainannya atau menarik rambutnya. Menahan diri untuk tidak membalas memukul saat ada alasan ‘tepat’ seperti di atas tentu membutuhkan kemampuan pengendalian diri yang baik. Di usia batita, anak belum sampai pada tahapan itu.

• Pada usia 1 tahun anak sedang berada pada fase oral. Salah satu cara anak untuk mengenali dunia adalah dengan memasukkan apa pun ke dalam mulutnya, termasuk tangan temannya.

• Anak sedang bereksperimen dengan sebab-akibat. Rasa ingin tahu anak sedang berkembang pesat. Pada usia ini belajar dengan melakukan suatu aksi yang mendatangkan reaksi tertentu. Saat ia berpikir ‘apa yang terjadi kalau aku menggigit temanku?’ ia akan mencari jawabannya dengan mencoba hal itu dalam kenyataan.

• Anak ingin memiliki ruang gerak yang leluasa. Batita masih belum memiliki pemahaman yang jelas tentang konsep berbagi ruang dengan orang lain. Saat ia merasa ruang geraknya kurang leluasa atau ia berada terlalu dekat dengan anak lain, sebagai refleks ia akan memukul atau menggigit untuk menyingkirkan penghalang itu.

• Anak sedang merasa kurang nyaman. Mungkin saat itu anak merasa lapar, gerah, mengantuk, atau lelah. Pada usia ini anak belum memiliki keterampilan yang cukup untuk mengatasi dengan tepat masalah yang dialaminya.


CARA MENCEGAH PERILAKU MEMUKUL DAN MENGGIGIT

Berdasarkan uraian di atas, ada banyak alasan bagi batita untuk memukul dan menggigit, untuk mengatasi masalah yang mengganggu atau membuatnya frustrasi. Tugas orang tua dan pengasuh untuk mencegah anak melakukan hal itu. Berikut ini ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya perilaku agresif

• Katakan ‘tidak’ dengan tegas. Respon langsung harus diberikan ketika anak memukul atau menggigit. Gunakan kata-kata yang ringkas namun jelas dengan intonasi yang tegas namun tidak menakutkan. Katakan ‘Jangan, kita tidak boleh memukul! atau ‘Jangan memukul! Dipukul itu sakit!! Lalu arahkan anak untuk menyalurkan kekesalannya dengan cara lain, misalnya memukul bantal, menghentakkan kaki, atau menyampaikan dengan kata-kata.
• Jangan biarkan anak mendapat keuntungan dengan menyerang. Jangan izinkan anak bermain dengan mainan yang didapatnya dengan cara yang agresif. Jika hal itu dibiarkan, ia akan cenderung mengulangi perbuatan tersebut.
• Berikan perhatian lebih banyak pada korban serangan anak. Dalam melakukan hal itu, selain dapat mencontohkan bagaimana menunjukkan simpati pada korban, anda juga dapat menunjukkan pada anak bahwa ia tak akan mendapat perhatian lebih dengan bertindak kasar. Pujilah perilaku positif anak. Berikan imbalan positif jika anak tak menunjukkan perilaku kasar (‘nah kamu pintar, kamu mau berbagi mainan dengan teman!).
• Lakukan pengawasan ekstra pada anak yang suka memukul. Lakukan antisipasi untuk mencegah kejadian pemukulan terulang kembali. Pindahkan mainan yang memicu konflik di antara anak.
• Alihkan perhatian anak pada kegiatan lain yang menarik. Untuk mengatasi rasa frustrasi anak, berikan kegiatan yang dapat menenangkan, misalnya bermain air. Berikan sebaskom air dengan cangkir, corong, dan sendok untuk dimainkan anak.
• Berikan ruang gerak yang leluasa bagi anak melakukan kegiatannya.


Satu hal yang perlu diingat adalah tak ada niat buruk pada saat batita anda bertindak agresif, memukul atau menggigit. Ia hanya ingin menyampaikan maksudnya, ia hanya ingin orang lain memahami perasaan dan kebutuhannya. Tugas orang tualah untuk menunjukkan pada anak cara yang lebih pantas untuk mencapai tujuannya itu.

4 komentar:

  1. thank infonya, ikut ngopi artikelnya, mampir ya

    BalasHapus
  2. Silakan pak, senang banget kalo artikel ini bisa bermanfaat.. :)

    BalasHapus
  3. informasinya bermaanfaat bgt buat saya.apalagi Saya sebagai Ibu di usia muda,jd emosional Saya suka terpancing dimana anak-anak saya..suka memukul atau menggigit.

    BalasHapus
  4. Terima kasih bu Sofi :)
    Mudah2an saya bisa membuat lebih banyak artikel yang bermanfaat. Atau ada usul dari bu Sofi, artikel apa yang dibutuhkan?

    BalasHapus