Minggu, 31 Januari 2010

Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Orang Tua dan Anak

Sebagai orang tua kita pasti menyayangi anak dan ingin melakukan yang terbaik buat mereka. Namun seringkali tekanan hidup sehari-hari membuat kita terjerumus pada komunikasi yang tidak efektif, terutama saat kita akan menerapkan disiplin dan berbicara tentang isu yang sensitif pada anak. Bila kita dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak, kita dapat lebih mudah memahami mereka dan membuat anak dapat mendengarkan apa yang akan kita sampaikan, sehingga kita dapat bersama-sama menciptakan hubungan yang damai dan menyenangkan.


Lalu bagaimana kita dapat mengubah komunikasi yang macet ini? Pertama, kita terlebih dahulu harus tau apa yang kurang dalam masalah dalam komunikasi kita.

Ada beberapa alasan mengapa anak-anak, dari usia batita hingga remaja, tampak tidak mendengarkan orang tua. Alasan tersebut adalah:
- Banyak anak mengalami gangguan konsentrasi/perhatian
- Mereka mengeluh karena orang tua membicarakan tentang mereka pada orang lain.
- Mereka mengatakan bahwa orang tua tidak mengerti bagaimana pikiran, perasaan, dan pandangan anak.
- Mereka mengeluhkan cara berkomunikasi orang tua yang selalu mengkritik, menuduh, atau mengomel.
- Mereka merasa orang tua selalu mememerintah apa yang harus dilakukan anak.
- Mereka percaya bahwa orang tua selalu mengulang-ulang berbicara hal yang tak ingin mereka dengar.
- Mereka merasa bosan.
- Mereka merasa sudah tau apa yang aan dikatakan orang tua sehingga sudah tidak perlu mendengarkan lagi.

Berikut ini ada 10 saran yang dapat orang tua lakukan untuk memperbaiki kebiasaan mendengar pada anak dan membuat anak mau mendengarkan orang tua.

1. Mulailah mengajarkan kemampuan mendengar pada anak sejak dini.
Tak ada kata terlambat untuk mulai mengajarkan sesuatu yang baik karena kemungkinan untuk berubah selalu ada. Tapi cobalah untuk memulainya sedini mungkin. Ketika anak sudah mulai besar, sediakanlah waktu khusus untuk mendengarkan. Singkirkan hal-hal yang bisa mengganggu. Saat menjelang tidur atau saat duduk santai di sore hari adalah contoh waktu yang tepat untuk latihan mendengar ini. Membaca juga merupakan salah satu cara yang bagus untuk meningkatkan kemampuan mendengar, dan saat anda membacakan sesuatu untuk anak mintalah dia untuk bertanya atau memberi komentar tentang bacaan tersebut.

2. Dengarkan anak sebagaimana anda ingin didengar.
Jadilah teladan yang baik dengan mendengarkan kata-kata yang mereka gunakan dan buatlah anak merasa penting saat ia berbicara pada anda. Anak akan bisa merasakan apakah orang tua mendengarkan saat mereka berbicara. Jika orang tua mau mendengarkan anak, maka anak pun akan mau mendengarkan orang tua.

3. Biarkan anak menyelesaikan apa yang ingin disampaikannya.
Jangan sampai anak mengeluh: "Percuma bicara pada ayah/ibu. Mereka menghentikan pembicaraan dengan berkata, 'hush, jangan bicara seperti itu', atau mereka mengalihkan topik pembicaraan yang mereka rasa perlu".

4. Berikanlah contoh yang baik dengan selalu menjaga kontak mata dengan anak.
Anak akan merasa tak didengar kalau saat ia berbicara orang tuanya melihat ke arah lain, atau sering melirik benda-benda lain di sekitar mereka. Kontak mata adalah sesuatu yang penting untuk anak pada usia berapapun, jadi biasakanlah anak untuk melakukan dan menerima kontak mata itu. Bila ingin berbicara pada anak yang masih kecil atau saat anak menyampaikan sesuatu, sejajarkanlah pandangan anda dengan pandangannya, anda dapat berlutut untuk menyamakan tinggi dengan anak.

5. Perhatikanlah nada bicara dan ekspresi wajah anda.
Seringkali tekanan suara dan ekspresi wajah lebih kuat daripada kata-kata yang terucap. Jika memnunjukkan ekpresi bosan atau tak tertarik saat anak berbicara, mereka cenderung untuk berlaku sama saat anda berbicara.

6. Ajari anak untuk menunjukkan dengan perilakunya bahwa mereka sedang mendengarkan.
Saat anda menunjukkan pada anak bagaimana ekspresi saat anda mendengarkan anak, ajarkanlah pada mereka untuk menunjukkan pula ekspresinya saat mendengarkan anda.

7. Bicarakanlah pada anak tentang hal-hal yang sama-sama anda minati.
Komunikasi akan berjalan lebih lancar jika kedua pihak sama-sama berminat.

8. Cobalah melihat persoalan dari sudut pandang anak.
Berbicara pada remaja tentu berbeda dengan bicara pada anak balita karena pengalaman dan perkembangan kemampuan berpikir.

9. Mengetahui kapan saat yang tepat untuk berbicara atau justru lebih baik diam, dan butuh kepekaan untuk mengetahui hal itu. Tunggulah saat anak menampilkan ekspresi siap untuk mendengarkan ketika anda akan menyampaikan kata-kata yang perlu mereka simak. Saat anak tiba di rumah setelah mengalami pengalaman tak menyenangkan di sekolah, jangan langsung berbicara padanya tentang apa yang perlu anda sampaikan.

10. Berilah hadiah pada anak sat ia menunjukkan perilaku yang mendengar yang anda inginkan.
Hadiah tidak harus dalam bentuk materi; usapan kepala, perhatian, pujian dapat menjadi hadiah yang menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar