Minggu, 07 Februari 2010

Ayo, Ajarkan Bayi Kita Membaca

Jika memiliki anak balita atau batita, seringkali kita bertanya-tanya apakah di usianya itu anak telah siap belajar membaca. Di satu sisi kita pasti memiliki keinginan yang besar agar si buah hati cepat menguasai keterampilan paling dasar itu. Alangkah senangnya bila melihat si kecil sudah bisa membaca, melihat ia perlahan-lahan membuka cakrawala pengetahuan dari bahan-bahan bacaannya. Namun di sisi lain kita pun tak ingin memaksa anak melakukan sesuatu yang memang belum siap ia lakukan.

Pada usia berapa anak siap untuk belajar membaca?

Umumnya anak diperkirakan siap untuk belajar membaca pada usia 5 – 6 tahun. Namun tak tertutup kemungkinan untuk mengajarkan anak membaca pada usia lebih muda. Salah satu pelopor dalam mengajarkan anak membaca pada usia dini adalah Glenn Doman, pendiri dari Institutes for the Achievement of Human Potential (IAHP), sebuah organisasi nirlaba yang mengajarkan orang tua bagaimana memaksimalkan potensi otak anak. Doman menjabarkan pandangan dan metode pengajarannya dalam bukunya How To Teach Your Baby To Read.

Menurut Doman, umumnya kita kurang mampu menyadari potensi genetis yang kita miliki sehingga dalam pemanfaatannya pun menjadi kurang optimal. Bagaimana potensi itu berkembang sangat tergantung dari kualitas dan frekuensi stimulasi yang diterima sejak seseorang lahir. Ayah dan ibu adalah guru terbaik yang dapat memberikan stimulai yang dibutuhkan anak untuk mengembangkan potensinya karena tak ada yang lebih mengenal anak lebih baik daripada kedua orang tuanya. Jadi, kalau kita ingin anak cepat belajar membaca, kita dapat memberikan stimulasi pada anak sejak dini, yang menurut Doman sudah bisa dimulai sejak usia 3 bulan.

Apa keuntungan mengajarkan anak membaca di usia muda?

Keterampilan membaca adalah keterampilan dasar yang harus dikuasai sebelum seseorang belajar pengetahuan dan keterampilan lain. Semakin awal usia anak menguasai keterampilan dasar ini maka semakin awal pula anak dapat mempelajari pengetahuan dan keterampilan lain yang dibutuhkan untuk mengembangkan potensinya.

Saat membaca, imajinasi anak akan berkembang dengan bebas. Pikiran mereka akan terangsang lebih banyak dibandingkan jika mereka hanya menonton televisi. Televisi memberikan sesuatu yang telah jadi, yang menyediakan sedikit sekali ruang bagi anak untuk mengembangkan imajinasi. Sementara, saat membaca, anak harus menciptakan gambaran sendiri dalam pikirannya tentang isi cerita yang dibacanya. Tiap anak akan menciptakan gambaran sendiri tentang tokoh yang dibacanya.

Tak hanya imajinasi, membaca juga akan memperluas pengetahuan anak. Ada begitu banyak jenis buku yang dapat dibaca anak untuk mengisi waktunya. Masalah sopan santun, disiplin dalam kegiatan sehari-hari, atau cara bergaul dengan teman akan lebih mudah disampaikan lewat bacaan daripada hanya sekadar menceritakan konsep-konsep tersebut pada anak.

Dengan kemampuan membaca, lebih banyak pilihan bagi anak untuk mengisi waktu luangnya. Bila tak ada lagi acara televisi yang dapat ditonton atau permainan bersama teman mulai membosankan, membaca dapat menjadi pilihan mengasyikkan dan bermanfaat untuk menghabiskan waktu.


Nah, ayah dan ibu, sudah siap untuk mengajarkan bayi kita membaca?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar